Jumat, 01 April 2016

Resensi Buku

Nama: M. Fadhil Pratama
NIM: 13321102

Judul Buku: Etika Jurnalisme Prinsip-prinsip Dasar
Pengarang: Zulkarimein Nasution
Tahun: 2015
Jumlah halaman: 181 halaman
Ulasan:
Buku ini memaparkan perihal etika jurnalisme. Di bagian awal buku ini, pembaca akan disajikan pemaparan mengenai pengertian dan makna etika dan pentingnya peran etika dalam bidang jurnalisme. Setelah itu, berlanjut kepada pemaparan mengenai hubungan etis jurnalisme dengan public, keprofesian dan etika jurnalisme, dan prinsip-prinsip utama etika jurnalisme. Di bagian akhir ini, pembaca akan disuguhkan pula pemaparan ihwal pelanggaran etika profesi jurnalisme (baik untuk kasus di Indonesia maupun di luar negeri) serta pemaparan mengenai tantangan yang dihadapi oleh jurnalisme. Buku ini dapat dibaca oleh para mahasiswa khususnya yang sedang menempuh pendidikan oleh bidang ilmu komunikasi atau juga ilmu jurnalistik.
Selain itu, dapat dibaca pula oleh jurnalis, pemerhati bidang jurnalisme maupun pemilik media. Seperti bidang profesi lainya profesi di bidang jurnalisme juga membutuhkan etika. Etika dibutuhkan dalam jurnalisme agar berita yang disampaikan ke public dapat dipertanggungjawabkan dan tidak melanggar ketentuan etik jurnalisme. Oleh karna itu, dalam melakukan aktifitas jurnalistik nilai-nilai atau prinsip-prinsip seperti akulrasi, objektifitas, keseimbangan, independensi, akuntabilitas kepada public dan sebagainy. Posisi etika dalam jurnalistik, dapat diibaratkan seperti kompas dan pemudi pada sebuah kapal diatas kertas, kapal tersebut diasumsikan akan bias berlayar kemana saja yang dikehendaki oleh nahkoda dan awaknya. Ketika berlayar kapal tersebuat akan mengaruhi ombak serta menempuh badai dan gelombang. Agar kapal tetap terus kearah yang benar, dan aman dibutuhkan pedoman yang handal. Disitulah kompas dan kemudi berfungsi memandu haluan menuju ke tempat tujua. Jika berlayar tanpa pedoman, kapal bias meluncur ke segala arah, dan tidak mustahil menemui nasib yang fatal : menabrak karang lalu kandas dan tenggelam.
Pembahasan mengenai keberadaan etika dapat dimulai dari penelusuran mengapa ada etika? Dalam kehidupan manusia. Bertolak dari penjelasan bahawa manausia adalah makhluk social maka hidupnya tak lepas dari interaksinya dengan manusia-manusia lain yang ada disekitarrnya. Dalam berinteraksi dalam pihak lain, dibutuhkan pedoman prilaku agar masing-masing tahu agar bagaimana menempatkan diri, agar interaksi dimaksud tidak menimbulkan goncangan ataupun ketidaknyamanan dalam arti sebenarnya. Itu sebabnya mengapa orang-orang yang beretika akan memperoleh respek dari lingkungan sekitarnya. Jurnalisme memerlukan etika sebagai panduan dalam melakukan tugasnya mencari dan menyampaikan kebenaran. Tugas mulia itu dipercayakan masyarakat kepada pers karena percaya bahwa pada dasarnya kepercayaan tersebut dijaga dan dipelihara oleh media dan wartawanya dengan cara menaati sejumlah prinsip yang dirumuskan dalam kode etik.
Sejak awal tumbuhnya profesi, syarat pengakuan masyarakat adalah ciri yang utama. Sejumlah kriteria harus dipenuhi, barulah sebuah pekerjaan dapat disebut sebagai profesi. Untuk mencapai status sebagai sebuah profesi, ada sejumlah kriteria yang harus dipenuhi. Tidak semua pekerjaan lantas disebut dengan profesi. Status keprofesian jurnalisme hingga kini, masih menghadapi sejumlah problem. Belum semua kriteria profesi dipenuhi oleh sejumlah jurnalisme. Namun hal itu tidaklah mengurangi kewajiban seorang jurnalis untuk mejadi dan berprilaku professional, apakah jurnalisme sebuah profesi? Pakar media Silvio Waisboard melihat kekhawatiran dewasa ini, tentang masa depan berita memberi kesempatan untuk meninjau kembali konsep profesionalisme dalam jurnalisme.
Keprofesionalan jurnalisme tidak terpisahkan dari keberadaan kode etik profesi ini dan keataan warganya untuk melaksanakannya. Untuk mencapai status sebuah profesi, ada sejumlah kriteria yang harus dipenuhi. Tidak semua pekerjaan lantas disebut profesi. Status keperofesian jurnalisme hingga kini menghadapi sejumlah problem. Bellum semua kriteri profesi dipenuhi oleh jurnalisme. Namun hal itu tidak mengurangi kekeharusan seorang jurnalis menjadi professional.
Untuk dapat memenuhi isi jurnalisme yang mulia : mencari dan menyampaikan kebenaran, profesi ini dibekali dengan sejumlah prinsip etika yang berfungsi sebagai penapis informasi yang dikumpulkan dan disunting untuk kemudian disajikan kepada khalayak. Serangkaian penampis itu bila diterapkan, akan menjamin karya jurnalistik yang dihasilkan oleh para jurnalis dapat memenuhi peran social dan ekspektasi masyarakat kepada mereka.
Meskipun penaatan pada kode etik merupakan ciri utama sebuab profesi dan menentukan tingkat kredibilitas public terhadap profesi yang bersangkutan, nyatanya sepanjang waktu tetap ada sejumlah pelanggaran etik yang dilakukan oleh jurnalis dan media. Tidak semua warga profesi ini menaati sepenuhnya ketentuan etika seperti yang termaktum dalam kode etik. Hal ini menjadi salah satu poin yang mempengaruhi penilaian public mengenai status kerprofesian jurnalisme yang hingga kini masih menghadapi sejumlah problem. Pelanggaran etika profesi oleh para pelaku jurnalisme bagaimanapun juga menjadi catatan penting khalayak dalam menimbang keprofesional bidang ini.

Pada masa ini ke depan nanti, nilai-nilai dan praktik etik di lingkungan jurnalisme menghadapi sejumlah tantangan. Penyebabnya datan baik dari lingkungan jurnalisme maupun dari dalam jurnalisme sendiri. Tantangan dimaksus akan menimbulkan banyak implikasi terhadap konsep dan praktik jurnalisme. Namun demikian, diyakini bahwa etika akan tetap dibutuhkan bila jurnalisme ingin survive. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar