ADITYA EKA PRATAMA
14321146
Judul : The Innovators
Penulis : Walter Isaacson
Penerjemah : Reni Indardini
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Tahun terbit : 2015
Tebal : 450
Internet awalnya dibuat untuk memfasilitasi
kolaborasi (kerja tim) sementara PC terutama yang ditujukan untuk penggunaan di
rumah dirancang guna mengakomodasi kreativitas individual. Perkembangan
kemajuan di bidang jaringan komputer dan PC baru bersinggungan pada akhir 80an,
berkat munculnya modem, penyedia jasa internet dan World Wide Web. Perkawinan
antara komputer dan jaringan terdistribusi Internet mencetuskan Revolusi
Digital, sehingga siapapun kini dapat menciptakan, menyebarluaskan, dan
mengakses informasi darimana saja. Perkembangan digital saat ini telah
memungkinkan orang biasa untuk lebih mudah menciptakan dan berbagi konten.
Siapa sajakah para inovator yang
telah menghantarkan kita kepada era digital yang nyaman ini?
Berawal dari
ambisi Babbage untuk menciptakan mesin yang dapat menjalankan beragam operasi
berdasarkan instruksi pemrograman, dimana alat itu dapat mengerjakan satu tugas
lalu beralih mengerjakan tugas lainnya. Meminjam istilah Babbage, mesin yang
dapat mengubah ‘pola kegiatannya’. Keinginan Babbage untuk membuat mesin yang
ia beri nama dengan mesin analitis ini didorong oleh minat masa kecilnya pada
mesin-mesin yang bisa merampungkan pekerjaan manusia.
Ide Babbage
untuk mesin analitis impiannya itu terlalu maju untuk zamannya, sehingga ia
tidak berhasil menarik perhatian media massa atau pun jurnal ilmiah saat itu.
Namun demikian seorang wanita penyuka matematika dan teknologi, Ada Lovelace
memercayai mesin impian Babbage. Ia satu-satunya orang yang bisa melihat
keindahan dan kegunaan yang menakjubkan dari mesin tersebut. Mesin tersebut
tidak hanya mampu untuk menghitung angka dan menjalankan operasi matematika
(seperti keinginan Babbage) namun juga berpotensi untuk memproses notasi simbol
apapun, termasuk notasi musik dan artistik.
Terinspirasi
penggunaan aljabar dalam logika formal yang diajarkan oleh tutornya de Morgan,
Ada menegaskan bahwa pada prinsipnya Mesin Analitis bisa menyimpan,
memanipulasi, memproses dan menindaklanjuti apapun yang dapat diekspresikan
sebagai simbol, entah itu kata, logika, musik, ataupun yang lain-lain.
Pemahaman di
atas merupakan konsep inti yang menggerakkan abad digital: konten, data, atau
informasi apa saja-musik, teks, gambar, bilangan, simbol, suara, video-dapat
dieskpresikan dalam format digital dan dimanipulasi oleh mesin.
Ide kartu berlubang yang ada di
mesin tenun jacquard dan dipinjam oleh Babbage untuk mesin analitis rekaannya
itu nantinya disempurnakan oleh Herman Hollerith sehingga pas untuk
dimanfaatkan dalam komputer.
Mesin
Hollerith dan Babbage berkarakter digital. Gagasan mesin analog kemudian muncul
oleh karya kakak beradik Lord Kelvin dan James Thomson pada tahun 1870-an. Alat
ini mampu melakukan perhitungan kalkulus namun gagal memecahkan persamaan
dengan banyak variabel. Kesulitan ini akhirnya terjawab pada 1931 oleh Profesor
Teknik dari MIT, Vannevar Bush. Beliau berhasil membuat komputer analog elektromekanis
pertama di dunia. Mesin itu diberi nama Differential Analyzer. Mesin ini
nantinya bayak digunakan untuk mendidik dan mengilhami para pionir komputer
generasi selanjutnya. Namun demikian mesin ini tidak mengambil peran penting
dalam sejarah komputer karena karakter analognya. Sebaliknya, Differential
Analyzer menjadi cikal bakal berakhirnya mesin analog.
Namun,
berbagai pendekatan, teknologi, dan teori anyar bermunculan pada tahun 1937,
tepat seratus tahun Babbage kali pertama menerbitkan makalahnya mengenai mesin
analitis. Lompatan matematika terjadi pada tahun ini yang salah satunya
menghasilkan konsep formal mengenai komputer universal. Dan konsep ini digagas
oleh matematikawan brilian asal Inggris, Alan Turing yang terkenal dengan mesin
Komputasi Logis atau mesin Turing. Disusul oleh berbagai penemuan dan tokoh
pelopor komputer lainnya, Claude Shannon penemu teori informasi sampai Bill
Gates, Steve Jobs yang tak asing lagi dan diakhiri oleh komputer buatan IBM,
Watson yang memenangi kuis jeopardy di tahun 2011.
Kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi tentu tidak berhenti sampai di sini, akan lahir banyak para penerus
yang melanjutkan mimpi-mimpi dari para generasi sebelumnya.
Ulasan
Buku ini berkisah tentang kemajuan serempak internet dan PC. Merunut keterkaitan antara perkembangan internet dan komputer. Inilah kisah mengenai para inovator era digital, mereka yang telah berjasa melahirkan revolusi digital.
Buku ini berkisah tentang kemajuan serempak internet dan PC. Merunut keterkaitan antara perkembangan internet dan komputer. Inilah kisah mengenai para inovator era digital, mereka yang telah berjasa melahirkan revolusi digital.
Ada sebuah kesamaan yang
dimiliki para pelopor komputer itu, yaitu mencari cara agar perhitungan
matematika (yang itu-itu saja) dapat dikerjakan secara lebih praktis dan cepat.
Kolaborasi antargenerasi ini lah
yang melahirkan era digital. Ide yang diwariskan dari satu jajaran inovator ke
jajaran berikutnya melahirkan revolusi digital yang luar biasa menakjubkan.
Bekerjasama, kolaborasi adalah
nilai-nilai keterampilan hidup yang harus dilatih dan dikembangkan. Kisah salah
satu tokoh yaitu John Atanasof membuktikan bahwa amat sukar untuk menjadi
penemu yang bekerja sendiri. Kesendirian Atanasof menjadi titik kelemahnnya,
karena di sekelilingnya tidak ada orang yang mampu memberikan masukan atau
membantu memecahkan tantangan teoretis ataupun teknis.
Yang perlu diingat, kreativitas
adalah proses kolaboratif. Kreativitas tidak muncul sendiri. Maka seorang
inovator yang baik adalah mereka yang memahami alur perubahan teknologi dan
meneruskan tongkat perjuangan inovator terdahulu.
Kelebihan dari buku ini
adalah bagaimana penulis melalui kata-kata yang di tulis di bukunya dapat
membuat orang menjadi lebih berpikir tidak individual, dan bisa membuat
pembacanya termotivasi.
Kekurangan dari buku ini
adalah terlalu fokus dengan isi sehingga cover kurang menarik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar