Selasa, 22 Maret 2016



Aditya eka pratama
14321146



Jenis film         : drama
Genre              : anak-anak
Produksi          : SBO Film Dam Mizan Production
Produser          : Shanty Harmayn
Sutradara         : Ifa Isfansyah
Penulis             : Salman Aristo
Pemain                        : Emir Mahira (Bayu)
                        : Aldo Tansani (Heri)
                        : Marsha Aruan (Zahra)
                        : Ikranagara (Kakek Usman)
                        : Maudy Koesnaedi (Wahyuni)
                        : Ary Sihasale (Pak Johan)
                        : Ramzi (Bang Duloh)
Durasi              : 1 jam 36 menit
Rilis                 : 18 Juni 2009 
Bahasa             : Bahasa Indonesia

SINOPSIS
Garuda Di Dadaku adalah film keluarga yang bercerita tentang Bayu, seorang anak SD, yang mempunyai mimpi menjadi seorang pemain bola dan masuk ke Tim Nasional Indonesia. Bayu mempunyai bakat bermain sepak bola dari ayahnya yang dulunya juga adalah seorang pemain sepak bola. Sayangnya, cita-cita Bayu itu ditentang oleh sang kakek yang lebih senang cucunya mengikuti berbagai macam kursus demi masa depannya. Ternyata kakek mempunyai alasan yang kuat kenapa dia melarang Bayu bermain bola.
Ayah Bayu yang dulunya seorang pemain bola mengalami cedera berat pada waktu itu sehingga tidak bisa bermain bola dan akhirnya hanya menjadi seorang supir taksi. Sampai akhirnya dia tidak bisa menjadi seorang pemain bola yang hebat dan sukses. Kakek Bayu tidak mau nasib yang sama menimpa Bayu cucu yang ia sayangi. Bayu yang benar-benar mencintai sepak bola tidak mau begitu saja menuruti apa kata kakeknya. Apalagi ketika secara tiba-tiba dia mendapat tawaran beasiswa di sebuah sekolah sepak bola terkenal di Jakarta yang dapat membantunya masuk ke Tim Nasional Indonesia. Akhirnya, Bayu dibantu oleh temannya, yang bernama Heri, harus menyembunyikan hal ini dari kakek Bayu dan berlatih secara diam-diam. Heri adalah seorang anak orang kaya yang menggilai sepak bola tetapi sayangnya dia tidak bisa bermain bola karena ia adalah penyandang cacat dan harus duduk di kursi roda. Oleh karena itu Heri sangat senang dan menjadikan dirinya sebagai manajer Bayu yang memfasilitasi Bayu demi mewujudkan cita-cita Bayu. Secara tidak sengaja mereka bertemu dan berteman dengan Zahra, seorang anak perempuan penjaga kuburan yang ikut mendukung cita-cita Bayu dengan mengijinkan Bayu berlatih di kuburan tempat dia tinggal. Setelah menemukan tempat berlatih, usaha Bayu untuk meraih cita-citanya tidak berjalan dengan mulus. Masalah datang ketika Bayu membohongi kakeknya yang mengira bahwa dia berbakat menjadi seorang pelukis. Kakek yang datang dan melihat Bayu di sekolah sepak bolanya dan tiba-tiba terserang penyakit jantung dan dilarikan ke rumah sakit. Bayu merasa bersalah dan menyesal telah membohongi kakeknya. Dia memutuskan untuk berhenti bermain bola dan tidak berteman lagi dengan Heri karena dia menyesal telah mengikuti saran Heri. Tak disangka kakek Bayu sadar bahwa dia salah dan mendukung Bayu bermain sepak bola. Akhirnya Bayu kembali ikut seleksi tim dan bersahabat dengan Heri lagi. Dengan dukungan ibu, kakek, Heri dan Zahra, Bayu berhasil lolos seleksi masuk Tim Nasional Indonesia dan menggapai cita-citanya. Film ini mempunyai pesan bahwa kita harus berusaha dan tidak boleh menyerah dalam mencapai mimpi dan cita-cita kita. Kita juga harus mensyukuri apa yang kita punya karena ada orang-orang yang tidak seberuntung kita.
Kelebihan dan Kekurangan
kelebihan film ini tidak hanya bagus tetapi juga mendidik karena penuh dengan motivasional, persahabatan yang tulus , semangat untuk mencapai cita-cita , hubungan baik yang di jalani antara anak dan orang tua , dan tentu saja film ini membangkitkan semangat nasionalisme . Film ini juga di main dengan bagus, susunan cerita yang bagus, cinematografi, dan editing yang bagus dan terjaga.
kekurangan film ini mengalami beberapa kesalahan konyol, ketika Bayu bermain di stadium Gelora Bung Karno, background yang harusnya penonton berada, tampak kosong saja, tidak ada orangnya, dan ini menjadi kekurangan dari film garuda di dadaku.
Selain itu peran kakek yang kurang gereget karena kakek yang sejak awal membenci sepak bola dan selalu menghalangi cucunya agar tidak bermain bola diperlihatkan dengan ekspresi yang sangat emosional, yang membuktikan bahwa ia seolah-olah bangga dengan apa yang ia takutkan selama ini.
durasi film ini kurang lama, seandainya durasi dari film ini lebih lama lagi mungkin akan lebih seru dan menarik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar