Jumat, 25 Maret 2016

Review Puisi Joko Pinurbo "Surat Kopi"

Nama : M. Mozaik Al Isamer HA
NIM : 13321130


Surat Kopi

Lima menit menjelang minum kopi,
aku ingat pesanmu: “Kurang atau lebih,
setiap rezeki perlu dirayakan dengan secangkir kopi.”

Mungkin karena itu empat cangkir kopi sehari
bisa menjauhkan kepala dari bunuh diri.

Kau punya bermacam-macam kopi
dan kau pernah bertanya: “Kau mau pilih
kopi yang mana?” Aku jawab: “Aku pilih kopimu.”

Di mataku telah lahir mata kopi.
Di waktu kecil aku pernah diberi Ibu cium rasa kopi.
Apakah puting susu juga mengandung kopi?

Kopi: nama yang tertera pada sebuah nama. Namaku.

Burung menumpahkan kicaunya ke dalam kopi.
Matahari mencurahkan matanya ke hitam kopi.
Dan kopi meruapkan harum darah dari lambungmu.

Tiga teguk yang akan datang aku bakal
mencecap hangat darahmu di bibir cangkir kopiku.

(2013) Review.
Didalam puisi ini Joko Pinurbo masih terkesan jenaka, seperti puisi lainnya. Puisi ini singkat, kalem, tapi memiliki makna yang cukup dalam.
Seperti didalam puisi ini, Joko seolah menggambarkan bahwa dirinya tak bisa dilepaskan oleh secangkir kopi. Dengan secangkir kopi yang selalu dia teguk atau minum setiap harinya, itu secara tidak langsung bisa membuat dirinya terjauh dari hal-hal buruk yang disini didefinisikan dengan bunuh diri.
Joko juga menerangkan bahwa dirinya tak bisa dilepaskan oleh kopi. Ini dipertegas dengan sajak yang berkata "Apakah puting susu juga mengadnung kopi?".
Dengan kesan jenaka Joko Pinurbo berhasil menempatkan secangkir kopi sebagai bagian dari dirinya yang tak bisa dilepaskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar