Nama:
Risky Wahyudi
NIM:
13321092
Tugas:
Review Puisi “Kacamata” Karya Joko Pinurbo (1999)
KACAMATA
Karya
Joko Pinurbo
Baru
tiga puluh tahun menyair, ia sudah pakai kacamata.
Biar
tampak bijak dan matang. Biar dikira banyak mikir
dan
merenung. Biar lebih kebapakan.
Kalau
lagi kencan dengan kata-kata, ada-ada saja tingkahnya:
mencopot
kacamata, membersihkannya, menerawangnya,
kemudian
mengenakannya kembali sambil pura-pura batuk
dan
pilek. Biasa, cari perhatian. Biar kelihatan berwibawa.
Biar
dikagumi topeng yang nampang di hadapannya.
Dan
ia sudah punya bermacam-macam kacamata.
Tapi
ia masih harus mencari matakaca yang bisa membuatnya
tidak
grogi menerima teluh cinta kata-kata;
yang
bisa menjadikannya tidak nyeremimih dan ingah-ingih
saat
menghadap yang mahamakna.
(1999)
Sumber:http://www.jendelasastra.com/dapur-sastra/belajar-menulis/kumpulan-puisi-karya-joko-pinurbo-1999.
Akses 26 Maret 2016.
Review
Secara
umumnya Puisi ini menggunakan makna denotasi. Dimana setiap kat atau kalimatnya
merupakan sebuah makna sejati dari setiap kata-kata atau kalimatnya. Pengemasan
jati diri tokoh cukup menarik. Penggunaan kata subjek sangat implisit. Terlihat
juga bahwa tidak terdapat pengulangan kata di dalamnya. Eksistensi subjek
dihadirkan melalui susunan setiap kalimat-kalimatnya. Pendengar dapat mengindrainya
melalui penglihatan dan pendengaran Pusi ini tampaknya seperti sebuah
deskriptif akan suatu fenomena kehidupan yang sepele namun sebenarnya memiliki
sutu hal yang tidak bisa dipandang remeh.
Perasaan
kesal dan resah tercurahkan melalui puisi ini. Siapa pun yang membacanya bisa
saja tersindir akan setiap kalimatnya. Hal itu dikarenakan mampu memberikan
kesadaran bahwa seringkali kita menilai sosok pribadi seseorang melalui apa
yang ia kenakan saja.
“Kacamata” merupakan sebuah alat yang mampu
mewakili penafsiran akan sosok pribadi seseorang ini. Stereotype seseorang (baik
disadari maupun tidak) mudah sekali
timbul disaat orang menggunakan alat yang satu ini.“Kacamata” adalah salahsatu
contoh alat sederhana yang dianalogikan pada puisi ini mampu mewakili alat-alat
lainnya yang kerabkali menimbulkan stereotype tersendiri bagi orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar